Asing Beli BRI dan TLKM: Net Buy Rp3,1 Triliun di Agustus 2025

Asing Beli BRI dan TLKM: Net Buy Rp3,1 Triliun di Agustus 2025

RUBLIK DEPOK -Pasaran saham Indonesia mengalami lonjakan masuknya dana asing yang besar pada masa 11-14 Agustus 2025, dengan totalnet foreign buymencapai Rp5,4 miliar. Dua sahambig cap, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), menjadi fokus utama investor asing, menyumbang lebih dari separuh total pembelian bersih. BRI dibeli sebesar Rp1,6 triliun, sedangkan TLKM Rp1,5 triliun, yang mendorong kenaikan harga saham keduanya secara signifikan. “Aksi pembelian asing ini menunjukkan keyakinan terhadap pasar saham Indonesia,” kata Elyas Galou, strategis investasi Bank of America (BofA), dalam laporan yang dikutip The Financial Times pada 14 Agustus 2025.

Peningkatan harga saham BBRI mencapai 9,73%, menutup pada Rp4.060 per saham, dengan rata-rata harga pembelian asing sebesar Rp3.974,9. Di sisi lain, TLKM melonjak lebih tinggi, naik 16,33% ke posisi Rp3.420 per saham, dengan rata-rata harga pembelian sebesar Rp3.298,4. Data dari Investor Daily pada 17 Agustus 2025 menunjukkan bahwa dalam periode yang sedikit lebih panjang (11-15 Agustus),net buysangat menarik bagi BBRI hingga mencapai Rp2,3 triliun dan TLKM sebesar Rp1,6 triliun, memperkuat dominasi kedua saham tersebut.

Pendorong Masuknya Dana Asing

Aliran dana asing ke pasar saham Indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor global dan regional. Survei bulanan Bank of America (BofA) menunjukkan bahwa 37% manajer investasi global meningkatkan alokasi investasi mereka di saham pasar negara berkembang, tingkat tertinggi sejak Februari 2023. Optimisme ini didorong oleh prospek ekonomi Tiongkok yang membaik serta melemahnya dolar AS sebesar 10% terhadap mata uang utama sejak awal 2025. "Kombinasi antara pertumbuhan ekonomi Tiongkok dan sentimen negatif terhadap dolar AS menjadi pemicu kuat," kata Galou.

Melemahnya dolar AS telah mengurangi biaya pinjaman di negara-negara berkembang, memberi kesempatan kepada bank sentral, termasuk Bank Indonesia, untuk menurunkan tingkat bunga. Hal ini meningkatkan daya tarik saham seperti BBRI dan TLKM, yang dinilai memiliki harga yang menarik. JPMorgan bahkan meningkatkan rekomendasinya terhadap saham pasar berkembang menjadioverweightdengan alasan harga yang murah setelah masa tertentuunderperformanceyang panjang. Indeks MSCI Pasar Berkembang mencatatkanreturn16% dalam mata uang AS pada tahun 2025, melebihi MSCI negara maju (11%) dan S&P 500 (8,6%).

Di dalam negeri, terdapat sentimen positif yang terlihat dari kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 5,28% dalam empat hari perdagangan terakhir, mencapai rekor penutupan tertinggi 7.931,25 pada 14 Agustus 2025. Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik menyebutkan bahwa kenaikan ini merupakan "kado investor untuk HUT ke-80 Indonesia" pada 17 Agustus 2025, dengan target IHSG melampaui angka 8.000. Chief Investment Officer BPI Danantara Pandu Sjahrir menambahkan bahwa sentimen positif didukung oleh berbagai "berita positif" di pasar.

Kinerja BBRI dan TLKM: Analisis dan Proyeksi

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI)

BBRI menjadi favorit investor asing, dengannet buyRp1,6 triliun pada 11-14 Agustus dan mencapai Rp2,3 triliun hingga 15 Agustus 2025. Kenaikan harga saham sebesar 9,73% didorong oleh kinerja keuangan yang baik, dengan pertumbuhan kredit mikro yang signifikan dan pengembangan layanan perbankan digital. Dalam posting di X oleh @cnbcindonesia pada 13 Agustus 2025, BBRI berhasil dikumpulkan sebesar Rp1,08 triliun dalam empat hari, menunjukkan daya tariknya. Analis dari Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menyatakan bahwa kuartal III 2025 menjadi momen yang menguntungkan bagi saham perbankan seperti BBRI, dengan target harga sebesar Rp5.500 per saham.

Faktor pendukung lainnya adalah valuasi BBRI yang dinilai menarik setelah mengalami penurunan sebelumnya, ditambah harapan pertumbuhan kredit yang stabil menjelang akhir tahun. “Jikanet foreign buyselanjutnya, BBRI berpeluang melampaui Rp5.000 dalam waktu dekat,” kata Nafan pada 13 Agustus 2025. Namun, tantangan seperti tekanan suku bunga dan persaingan di sektor mikro tetap perlu diperhatikan.

PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM)

TLKM mencatatkan net buyRp1,5 triliun pada 11-14 Agustus, naik menjadi Rp1,6 triliun hingga 15 Agustus, dengan kenaikan harga saham sebesar 16,33%. Pada 14 Agustus,net buysurat kabar TLKM mencapai Rp369,5 miliar, sebagaimana dilaporkan oleh akun X @sahamhijau. Kenaikan ini didorong oleh pengembangan layanan digital Telkom, termasuk pusat data dan koneksi 5G, yang menarik minat investor.

BRI Danareksa Sekuritas menyarankan TLKM sebagai salah satu saham unggulan untuk semester kedua tahun 2025, dengan target harga sebesar Rp4.200 per saham, berdasarkan potensi aliran dana menuju saham milik BUMN. “TLKM memiliki dasar yang kokoh dengan pertumbuhan yang stabil di bidang telekomunikasi dan digital,” kata analis BRI Danareksa pada 15 Agustus 2025. Namun, persaingan dalam sektor teknologi dan risiko regulasi tetap menjadi hal yang perlu diperhatikan.

Sentimen Pasar dan Proyeksi IHSG

Peningkatan IHSG menuju angka 8.000 menunjukkan keyakinan para investor terhadap pasar Indonesia, didukung olehnet foreign buyyang penuh semangat. Selain BBRI dan TLKM, saham seperti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) juga diminati, dengannet buyRp1,3 triliun pada 11-15 Agustus. Pengusaha Garibaldi “Boy” Thohir menunjukkan keyakinan bahwa IHSG akan mencapai 8.000, didukung oleh tindakanbuybacksaat pasar sedang mengalami tekanan beberapa bulan yang lalu.

Namun, para investor perlu tetap waspada terhadap ancaman eksternal, seperti ketidakpastian perang dagang global dan perubahan nilai tukar. Meskipun data ekonomi Tiongkok menunjukkan peningkatan, kemungkinan meningkatnya konflik dagang akibat kebijakan AS bisa memengaruhi aliran dana asing ke depan. "Pasar Indonesia memiliki peluang yang besar, tetapi investor harus lebih hati-hati," kata Pandu Sjahrir.

Dengan valuasi yang masih menarik dan suasana pasar modal yang positif, BBRI dan TLKM diperkirakan tetap menjadi pilihan utama investor asing. Kombinasi dasar perusahaan yang kuat serta dukungan likuiditas dari luar negeri menjadikan kedua saham tersebut sebagai penggerak utama IHSG menuju angka 8.000.

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama