
, Jakarta- Sejumlah demonstran diThailand meminta mundurnya Perdana MenteriPaetongtarn Shinawatra yang sedang ditahan oleh pengadilan. Shinawatra dikaitkan dengan mendukung angkatan bersenjata setelah terjadi sengketa perbatasan yang penuh kekerasan denganKamboja yang menewaskan lebih dari tiga puluh orang dan mengakibatkan lebih dari 260.000 penduduk terpaksa meninggalkan tempat tinggal mereka.
Mereka berkumpul di Monumen Kemenangan Bangkok di bawah cuaca yang panas. Banyak orang yang menyanyikan lagu-lagu nasional dan mendengarkan pidato-pidato yang mengkritik Paetongtarn Shinawatra serta ayahnya, mantan pemimpin Thaksin Shinawatra. Juga terdapat warga yang menyampaikan dukungan mereka terhadap militer Thailand.
Kepolisian menyebutkan sekitar dua ribu demonstran berada di lapangan monumen hingga sore hari. Diperkirakan banyak orang yang bergabung menjelang sore.
Beberapa warga setempat menuduh Paetongtarn dan keluarganya membiarkan perselisihan yang telah berlangsung puluhan tahun. Kedua belah pihak saling menyatakan klaim terhadap wilayah yang sama di dekat perbatasan.
Mahkamatan menunda jabatan Perdana Menteri Paetongtarn Shinawatra bulan lalu setelah Hun Sen mengungkapkan panggilan telepon. Dalam percakapan tersebut, Shinawatra menyebut Hun Sen sebagai "paman" dan terlihat meremehkan seorang jenderal Tiongkok, yang menimbulkan kemarahan banyak pihak.
Pertikaian terbaru berakhir dengan gencatan senjata yang diawasi oleh Malaysia pada 29 Juli 2025.
"Ung Ing, kau harus pergi," ujar seorang kolumnis konservatif dan demonstran terkenal, Jittakorn Bussaba, dengan nama panggilan Paetongtarn. "Karena tanganmu penuh darah. Banyak orang meninggal karena kamu," katanya dari atas panggung yang diiringi tepuk tangan antusias.
"Saya berada di sini untuk membantu menggulingkan pemerintah dan menjaga kemerdekaan Thailand serta mendukung para prajurit," ujar Kittiwat yang berusia 75 tahun, yang hanya menyebutkan satu nama.
"Ung Ing telah merusak negara. Semua orang harus berkontribusi," ujar Ammorn Khunthong, 58 tahun. "Thaksin dan keluarganya sebaiknya tidak lagi memimpin atau mengendalikan negara ini," katanya dikutip dariAl Arabiya.
Banyak wajah yang dikenal dari kelompok konservatif pro-kerajaan yang sebelumnya dikenal sebagai Kaus Kuning ikut serta dalam aksi protes tersebut. Kelompok Kaus Kuning merupakan lawan lama ayah Paetongtarn, yang tersingkir dalam kudeta militer pada tahun 2006.
Thaksin, seorang pengusaha kaya raya, memasuki dunia politik dengan mendirikan partai politik sendiri dan membeli dukungan dari para pejabat politik lokal di seluruh negara. Ia sering disebut sebagai orang yang mengintimidasi para pengkritiknya dan tidak memisahkan bisnisnya dari pemerintahan.
Demonstrasi Kaus Kuning juga berkontribusi dalam menjatuhkan pemerintahan yang dipilih oleh saudara perempuan Thaksin, Yingluck Shinawatra, dalam kudeta tahun 2014.
Pasukan militer di Thailand memainkan peran penting dalam politik dan telah melakukan 13 kudeta sejak Thailand berubah menjadi monarki konstitusional pada tahun 1932. Kudeta terakhir yang dilakukan oleh militer terjadi 11 tahun yang lalu.