Elon Musk dan Jensen Huang Mendorong Pelajar Kuasai Fisika dan Matematika, Bukan Hanya AI

- Ketika Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka mengimbau siswa Indonesia untuk fokus belajar tentang kecerdasan buatan (AI), dua tokoh terkenal di dunia teknologi, yaitu CEO Nvidia Jensen Huang dan CEO Tesla Elon Musk justru menyampaikan pesan yang berlawanan.

Di sebuah forum di Beijing, CEO Nvidia Jensen Huang ditanya apa yang akan ia pelajari jika ia seorang lulusan berusia 22 tahun pada tahun 2025. Alih-alih menjawab "AI" atau "ilmu komputer," Huang menjawab:

"Saya mungkin akan memutuskan untuk belajar ilmu fisika," ujar Huang, dilaporkan oleh Moneycontrol.

Bagi Huang, masa depan kecerdasan buatan tidak hanya terkait dengan perangkat lunak, tetapi juga tentang memahami dunia nyata secara menyeluruh. Ia menekankan bahwa tantangan AI berikutnya akan muncul dari interaksinya secara langsung dengan dunia fisik.

" Gelombang teknologi berikutnya mengharuskan kita untuk memahami gesekan, inersia, dan hubungan sebab akibat," ujar Huang.

Ia menyebut kemajuan ini sebagai "Physical AI". Yaitu kecerdasan buatan yang tidak hanya mampu berpikir, tetapi juga berkomunikasi secara efisien dengan lingkungan nyata, seperti robot yang berjalan, kendaraan otonom yang bergerak sendiri, atau mesin industri yang membuat keputusan berdasarkan kondisi fisik.

Di sisi lain, Elon Musk juga menyampaikan pendapat yang serupa. Dalam sebuah percakapan di media sosial, CEO Telegram Pavel Durov mengajak para siswa untuk mempelajari matematika sebagai persiapan masa depan. Musk merespons dengan singkat namun tegas:

"Fisika (juga)," ujar Elon Musk.

Pernyataan tersebut selaras dengan pendekatan Musk dalam mendirikan perusahaan-perusahaannya. Mulai dari roket di SpaceX hingga mobil listrik di Tesla, semuanya didasarkan pada prinsip-prinsip dasar fisika, bukan hanya berlandaskan logika pemrograman.

Musk terkenal dengan pendekatannya menggunakan pemikiran prinsip pertama, yaitu menyelesaikan masalah besar dengan berpikir dari awal berdasarkan hukum-hukum alam dasar.

Kritik Tersembunyi terhadap Cerita Lokal

Pandangan dua tokoh ini bertolak belakang dengan narasi yang umum di Indonesia. Wakil Presiden Gibran dalam berbagai kesempatan menekankan bahwa siswa masa kini perlu 'mempelajari AI sejak dini'.

Meskipun semangatnya dalam mendorong penerapan teknologi layak diapresiasi, pendekatan yang terlalu mengutamakan AI tanpa dasar ilmu pengetahuan dasar berpotensi menghasilkan generasi yang hanya mampu memanfaatkan teknologi, bukan mengembangkannya.

Alih-alih langsung mengajarkan pemuda cara menggunakan atau mengembangkan AI, Huang dan Musk justru menyarankan agar mereka lebih dulu memahami 'mengapa dan bagaimana' dunia berjalan, sesuatu yang hanya dapat dicapai melalui penguasaan fisika dan matematika.

Pandangan dua tokoh teknologi ternama dunia mencerminkan perubahan pemikiran di skala global.

Pemrograman tetap merupakan keterampilan yang penting, namun di era AI yang berinteraksi langsung dengan dunia nyata, seperti kendaraan tanpa pengemudi, robot medis, atau pabrik cerdas, kemampuan memahami hukum fisika menjadi kebutuhan utama.

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama