
Dilansir dari laman Crash pada Rabu (27/8), Piastri menilai rivalitas tersebut tidak mengganggu hubungan baik yang sudah terjalin dengan rekan setimnya.
Piastri, yang memasuki musim ketiganya di F1, masih berjuang mewujudkan mimpi meraih gelar juara. Namun, untuk mencapainya, ia harus mengalahkan Norris yang lebih berpengalaman.
Kondisi seperti ini biasanya berpotensi menimbulkan ketegangan, tetapi Piastri menegaskan bahwa hubungan keduanya tidak berubah signifikan sejauh musim berjalan.
Satu insiden sempat terjadi di GP Kanada, ketika Norris menyenggol Piastri saat memperebutkan posisi keempat. Namun, Norris segera bertanggung jawab atas kejadian tersebut sehingga tidak berlanjut menjadi konflik besar.
Situasi itu menunjukkan keduanya tetap mengutamakan kekompakan tim meski berada dalam tekanan persaingan.
Menurut Piastri, baik dirinya maupun Norris sama-sama menyadari pentingnya menjaga kesatuan tim demi kesuksesan jangka panjang.
Piastri menekankan bahwa persaingan sehat memang penting, tetapi McLaren harus tetap solid agar bisa bersaing menghadapi regulasi baru yang akan berlaku pada musim mendatang.
Dengan 10 balapan tersisa, Piastri unggul tipis sembilan poin atas Norris yang mampu memangkas jarak lewat tiga kemenangan dari empat seri terakhir.
Banyak pengamat menilai musim 2025 mungkin menjadi kesempatan emas McLaren sebelum perubahan regulasi mengubah peta persaingan.
Meski menghadapi tekanan besar, Piastri mengaku mampu mengendalikan diri sepanjang paruh pertama musim. Ia menegaskan bahwa fokusnya saat ini adalah memaksimalkan setiap akhir pekan balapan, bukan sekadar menghitung peluang juara.
Namun, ia juga menyadari tekanan akan semakin meningkat menjelang akhir musim, terutama ketika perebutan gelar semakin menentukan.