
- Kasus penculikan dan pembunuhan Mohamad Ilham Pradipta, Kepala Cabang Bank BRI Cempaka Putih, masih menjadi perhatian publik. Polisi kini memastikan bahwa salah satu aktor intelektual dalam kasus ini adalah Dwi Hartono, seorang pengusaha bimbingan belajar sekaligus motivator.
Identitas ini dipastikan langsung oleh Polda Metro Jaya pada Selasa, 26 Agustus 2025. Dwi Hartono, atau yang disebut DH oleh pihak kepolisian, ditangkap bersama dua tersangka lainnya di Solo, Jawa Tengah, pada Sabtu (23/8).
Penangkapan ini menambah panjang daftar pelaku yang terlibat dalam kasus penculikan berujung maut tersebut. DH disebut bukan hanya terlibat, tetapi juga berperan sebagai otak perencanaan.
Keterlibatan seorang motivator dalam kejahatan besar seperti ini sontak mengejutkan publik. Sosok yang selama ini dikenal memberi semangat dan inspirasi, justru terbukti menjadi bagian dari tindak kriminal serius yang merenggut nyawa seorang pejabat bank. Lantas, siapa sebenarnya Dwi Hartono?
Dwi Hartono, Motivator yang Jadi Tersangka
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Ade Ary Syam Indradi, mengonfirmasi keterlibatan Dwi Hartono. “Membenarkan, (Dwi Hartono). Iya benar, (dia pengusaha bimbel),” jelasnya saat diwawancarai pada Selasa (26/8).
Dalam penangkapan itu, DH tidak sendirian. Polisi juga berhasil mengamankan tersangka YJ dan AA di Solo. Sementara satu tersangka lain berinisial C ditangkap sehari kemudian di kawasan Pantai Indah Kapuk (PIK), Jakarta Utara. Total ada delapan orang tersangka lapangan dan empat aktor intelektual dalam kasus ini.
DH disebut sebagai salah satu dari empat otak penculikan. Hal ini menambah kompleksitas kasus karena menandakan bahwa rencana kejahatan sudah disusun secara matang, melibatkan banyak pihak, serta dijalankan dengan cara terorganisir.
Sebelumnya, polisi telah menangkap empat eksekutor lapangan berinisial AT, RS, RAH, dan RW alias Eras. Para eksekutor ini bertugas menculik hingga menghabisi nyawa korban. Namun, tanpa aktor intelektual yang merancang skema, aksi itu tidak akan berjalan mulus.
Meski sudah ditangkap, polisi masih mendalami motif DH dan kelompoknya. Ada dugaan bahwa penculikan ini terkait dengan kasus fraud miliaran rupiah yang tengah diusut oleh korban. Namun, penyidik masih berhati-hati mengungkap motif utama ke publik.
Keterlibatan seorang motivator dalam kasus kriminal besar ini menjadi ironis. Seorang pengusaha bimbel yang seharusnya memberi contoh dan inspirasi positif, justru terjerumus dalam tindak kejahatan yang menghilangkan nyawa orang lain. Fakta ini membuat publik terkejut dan bertanya-tanya tentang kehidupan ganda DH di balik citra sebagai motivator.
Kasus Penculikan dan Pembunuhan Ilham Pradipta
Kasus ini berawal pada 20 Agustus 2025 ketika Ilham Pradipta diculik di area parkir sebuah supermarket di Pasar Rebo, Jakarta Timur. Ia dipaksa masuk ke mobil oleh sekelompok orang. Keesokan harinya, tubuh Ilham ditemukan di Kabupaten Bekasi dalam kondisi mengenaskan: tangan dan kaki terikat, mulut tertutup lakban, dan ada tanda hantaman benda tumpul di bagian dada serta leher yang menyebabkan korban sulit bernapas.
Polisi bergerak cepat dengan melakukan penangkapan di berbagai wilayah. Delapan tersangka eksekutor berhasil diamankan, sementara empat aktor intelektual, termasuk DH, sudah masuk dalam jeratan hukum.
Meski para pelaku sudah ditangkap, motif kasus ini masih menjadi misteri. Ada dugaan keterkaitan dengan dugaan penyimpangan keuangan miliaran rupiah yang sedang ditangani oleh korban, serta kemungkinan adanya peran debt collector. Polisi menyatakan masih terus mengembangkan penyelidikan.
Kasus ini menjadi sorotan publik luas karena menyinggung dua hal besar: pertama, risiko tinggi profesi kepala cabang bank yang sering bersinggungan dengan kasus keuangan; kedua, adanya dugaan jaringan kejahatan terorganisir yang merencanakan kejahatan secara sistematis.
Masyarakat banyak yang menyoroti bagaimana seorang pejabat bank bisa menjadi target penculikan hingga pembunuhan. Fakta ini menimbulkan kekhawatiran akan keamanan pekerja di sektor perbankan, khususnya yang bertanggung jawab terhadap pengawasan dana besar.
Sementara itu, pihak kepolisian berjanji akan mengusut tuntas motif dan jaringan yang berada di balik kasus ini. Penyelidikan mendalam akan terus dilakukan, termasuk kemungkinan adanya pelaku lain yang belum tertangkap.
Kasus penculikan dan pembunuhan Ilham Pradipta membuka mata publik tentang bahaya laten kejahatan terorganisir. Keterlibatan sosok Dwi Hartono, seorang motivator sekaligus pengusaha bimbel, menambah ironi karena orang dengan citra publik yang baik justru berperan sebagai aktor intelektual kejahatan. Polisi masih terus mendalami motif di balik tragedi ini, dan publik menanti kejelasan serta keadilan bagi keluarga korban.***