/data/photo/2021/10/02/6157a6dfb71a9.jpg)
Kasus penculikan dan pembunuhan Kepala Cabang Pembantu BRI Cempaka Putih, Mohamad Ilham Pradipta, memasuki babak baru dengan terungkapnya identitas otak intelektualnya. Polisi mengonfirmasi, salah satu dalang di balik kejahatan tersebut adalah sosok yang selama ini dikenal sebagai motivator dan pengusaha bimbel.
Nama Dwi Hartono, pria yang berprofesi sebagai motivator sekaligus pemilik bimbingan belajar, kini terseret sebagai tersangka utama. Identitasnya menambah kejutan publik, karena selama ini DH dikenal berkarier di bidang pendidikan dan motivasi.
Pengungkapan ini diumumkan langsung oleh Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Ade Ary Syam Indradi, pada Selasa, 26 Agustus 2025. Ia menyebut DH ditangkap bersama dua rekannya di Solo, Jawa Tengah.
Penangkapan DH menambah daftar panjang pelaku yang sudah diamankan polisi, baik eksekutor lapangan maupun aktor intelektual. Penyidikan terus berjalan untuk mengungkap motif kejahatan yang disebut sangat terencana.
Penangkapan Para Tersangka
Dwi Hartono ditangkap bersama dua orang lain berinisial YJ dan AA di Solo pada Sabtu, 23 Agustus 2025. Sehari kemudian, tersangka lain berinisial C berhasil diamankan di kawasan Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara.
Selain otak intelektual, polisi sebelumnya juga menangkap empat eksekutor lapangan, yakni AT, RS, RAH, dan RW alias Eras. Mereka diduga sebagai pihak yang langsung menculik dan menghabisi nyawa korban.
Total, sudah ada delapan orang tersangka yang diamankan, termasuk empat pelaku lapangan dan empat aktor intelektual. Kepolisian masih terus melakukan pengembangan terhadap kasus besar ini.
Polda Metro Jaya menegaskan bahwa penangkapan ini merupakan hasil koordinasi lintas wilayah, mulai dari Jakarta hingga Nusa Tenggara Timur, tempat sejumlah tersangka diduga sempat melarikan diri.
Kronologi Kasus yang Mengejutkan
Kasus bermula pada 20 Agustus 2025 ketika Ilham Pradipta selesai melakukan rapat di sebuah supermarket kawasan Pasar Rebo, Jakarta Timur. Saat itu, korban dipaksa masuk ke dalam mobil oleh para pelaku.
Sehari kemudian, jasad Ilham ditemukan di Kabupaten Bekasi dengan kondisi tragis. Tangan dan kaki terikat, mulut tertutup lakban, serta terdapat luka akibat hantaman benda tumpul.
Hasil otopsi memastikan korban meninggal karena benturan keras di dada dan leher, yang menyebabkan kesulitan bernapas. Fakta ini memperkuat dugaan bahwa korban dibunuh secara brutal.
Kasus ini langsung menjadi sorotan publik karena melibatkan seorang kepala cabang bank. Profesi yang selama ini dianggap mapan ternyata memiliki risiko tinggi hingga bisa memicu tindak kejahatan serius.
Polisi menduga penculikan dan pembunuhan ini direncanakan dengan matang. Hal ini terlihat dari keterlibatan banyak pihak, baik eksekutor maupun otak intelektual yang menyusun skenario kejahatan.
Motif sementara yang beredar di masyarakat adalah terkait dugaan fraud miliaran rupiah yang sedang diusut oleh korban. Namun, polisi belum secara resmi mengumumkan penyebab pasti pembunuhan.
Dugaan lain menyebut adanya keterlibatan debt collector yang berhubungan dengan urusan keuangan tertentu. Kehadiran seorang debt collector di antara pelaku memperkuat spekulasi tersebut.
Kasus penculikan dan pembunuhan Ilham Pradipta semakin menggemparkan dengan terungkapnya sosok Dwi Hartono, seorang motivator dan pemilik bimbel, sebagai otak intelektual.
Penangkapan ini menegaskan bahwa kejahatan yang terjadi sangat terorganisir, melibatkan banyak pihak, dan penuh misteri.
Hingga kini, motif utama masih didalami penyidik, sementara publik menunggu jawaban tuntas atas tragedi yang menewaskan pejabat bank tersebut.***