
Stok beras stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) di retail-retail modern saat ini masih tersendat. Padahal Bulog saat ini telah menyalurkan 7.000 ton beras SPHP setiap harinya.
Kepala Satuan Tugas Pangan Polri, Helfi Assegaf hal ini disebabkan oleh beberapa kendala, pertama terkait proses pendataan retail yang masih berlangsung.
“Kami bersama-sama Bulog dan Bapanas saat ini sedang mendata daerah mana saja sebaran produsen yang tadinya menyuplai retail modern. Kami petakan, kami minta data agar wilayah tersebut yang tadinya diisi oleh produsen segera bisa diisi oleh Bulog,” kata Helfi dalam acara diskusi di Ombudsman RI, Selasa (26/8).
Selain pendataan, pasokan beras SPHP belum bisa maksimal disalurkan melalui retail modern karena harus memenuhi persyaratan lain, seperti adanya perjanjian kerja sama antara retail dan Bulog. Tidak hanya perjanjian, untuk bisa dipasok beras SPHP retail juga harus mengajukan pre order (PO) kepada Bulog.
“Jadi macam-macam masalahnya, tidak semudah yang dilihat dan memang butuh waktu serta proses. Pihak yang sudah memegang izin kerja sama pun ada yang belum mengajukan PO karena belum ada instruksi,” ucapnya.
Kendati demikian, dia telah meminta kepada Bulog untuk segera memproses pemenuhan beras SPHP ke retail, termasuk menyelesaikan segala perizinan dan pengajuan PO oleh retail.
“Supaya retail bisa segera diisi berasnya, Insya Allah dalam beberapa hari ini akan segera dipenuhi oleh Bulog untuk SPHP yang kualitasnya juga tidak kalah dengan komersial,”
Pemerintah saat ini memang sedang melakukan penertiban tata kelola beras setelah mencuatnya kasus beras oplosan yang menyeret sejumlah merek atau produsen beras premium. Beras-beras tersebut kini sudah tidak dijual lagi di retail modern dan pemerintah menggantinya dengan beras SPHP agar pasokan untuk kebutuhan masyarakat tetap terpenuhi.
Helfi mengungkap alasan beras premium kosong di toko retail modern karena aksi penghabisan stok beras premium yang dilakukan oleh perusahaan produsen. Helfi mengatakan produsen memutuskan tidak lagi memenuhi pasokan ke retail setelah kasus beras oplosan terungkap.
“Setelah kami dalami karena mereka takut ditangkap,” ucap Helfi. Hal itu mengakibatkan terjadinya penurunan stok beras yang tersedia di gerai retail modern saat ini.
Penyaluran SPHP di Retail
Hampir dua bulan sejak mencuatnya kasus pelanggaran standar beras premium, ketersediaan beras premium di ritel modern masih terbatas. Bahkan, pasokan beras SPHP pun belum merata di semua jaringan ritel modern.
Berdasarkan pantauan di kawasan Pasar Rumput, hanya satu dari tiga ritel modern yang menyediakan beras SPHP. Ritel lain hanya memajang beras premium dari satu produsen, yakni PT Padi Indonesia Maju (anak usaha Wilmar Group) dengan merek Sania.
Seorang pegawai ritel modern, Aini mengatakan pasokan beras premium yang diterimanya selama sebulan terakhir hanya Sania. Beras SPHP baru masuk pekan ini dengan jumlah sangat terbatas.
“Pengiriman beras premium dari produsen swasta dan beras SPHP tidak menentu datangnya. Sering kali hanya 10 kemasan per pekan,” ujar Aini kepada .co.id, Jumat (22/8).
Ia menjelaskan, tokonya hanya menerima lima kemasan ukuran 5 kilogram setiap dua hari sekali. Akibatnya, pasokan beras premium yang masuk ke gerai tersebut hanya sekitar 10 kilogram per pekan.
Jumlah varian beras premium yang sebelumnya mencapai delapan jenis pun kini berkurang drastis menjadi satu jenis per pekan karena selalu habis terjual begitu dikirimkan dari pusat distribusi.