Kondisi Keamanan Membaik, IHSG Siap Manfaatkan Turunnya Suku Bunga Fed

, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)IHSG) ditutup naik ke level 7.801,58 pada Selasa (2/9/2025). Kenaikan ini didorong oleh penguatan saham perusahaan yang bergerak di sektor emas serta lainnyabig capsseperti PANI, AMMN, dan DSSA.

Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG naik sebesar 0,85% atau 65,51 poin menuju angka 7.801,58. Sepanjang hari, indeks komposit berfluktuasi di kisaran 7.771,33 dan pernah mencapai titik tertingginya pada 7.842,29.

Diketahui, 576 saham mengalami kenaikan, 126 saham mengalami penurunan, dan 101 saham tetap stabil. Di sisi lain, kapitalisasi pasar atau market cap mencapai Rp14.160 triliun.

Saham dengan kapitalisasi besar yang mengalami kenaikan didorong oleh PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk. (PANI) dengan kenaikan sebesar 2,92% menjadi Rp15.875 dan saham PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN) naik 1,91% menuju Rp8.000 per saham.

Berikutnya, saham PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA) mengalami kenaikan sebesar 1,12% menuju tingkat Rp99.600 per saham, sedangkan saham PT Bayan Resources Tbk. (BYAN) naik 0,98% menjadi Rp18.100.

Saham yang berbasis logam mulia juga menunjukkan peningkatan yang signifikan, yaitu saham ARCI naik sebesar 11,18%, BRMS meningkat 10,29%, ANTM bertambah 8,44%, HRTA naik 4,29%, serta MDKA mengalami kenaikan sebesar 3,21%.

Adapun, saham market cap besar yang mengalami penurunan antara lain PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA) dengan penurunan sebesar 1,52% ke posisi Rp8.075 dan saham PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) turun 1,40% menjadi Rp8.825.

Sementara itu, saham top gainersdihuni oleh saham PT Jaya Swarasa Agung Tbk. (TAYS) yang melonjak 33,93% menjadi Rp75, diikuti saham PT Bekasi Asri Pemula Tbk. (BAPA) dengan kenaikan 33,33% menjadi Rp72.

Di sisi lain, saham yang paling tinggi atau top losers ditempati oleh PT Mitra International Resources Tbk. (MIRA) yang mengalami penurunan sebesar 9,88% menjadi Rp73, sementara saham PT Menn Teknologi Indonesia Tbk. (MENN) turun sekitar 8,70%.

Kepala Informasi Investasi Senior Mirae Asset Sekuritas, Martha Christina, mengatakan bahwa IHSG mampu pulih setelah mengalami penurunan dua hari berturut-turut. Pada sesi pertama perdagangan kemarin, indeks komposit naik 1,17% menjadi 7.826.

"Seluruh indeks sektoral mencatatkan peningkatan. Kenaikan terbesar dipegang oleh IDXBasic dan IDXIndustry yang mendorong pertumbuhan indeks," katanya dalam laporan riset.

Peningkatan harga emas global yang melampaui angka US$3.500 menjadi faktor pendorong positif. Beberapa saham perusahaan pertambangan emas mengalami kenaikan yang signifikan.

Selain itu, BRI Danareksa memprediksi kinerja perusahaan tercatat pada semester II/2025 akan semakin kuat seiring percepatan pengeluaran pemerintah dan peningkatan likuiditas, meskipun pasar masih menghadapi ancaman arus keluar dana asing.

BRI Danareksa melaporkan, setelah aksi demonstrasi minggu lalu, sekitar US$131 juta atau sekitar Rp2 triliun modal asing meninggalkan pasar saham per Senin (1/9/2025).

Mayoritas dana mengalir keluar dari saham perbankan seperti BBCA, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), serta TLKM. Sejak awal tahun, aliran dana asing telah mencapai US$3,2 miliar.

Meskipun terjadi tekanan dari arus keluar modal asing, valuasi saham Indonesia masih dianggap menarik. Indeks LQ45 diperdagangkan pada tingkat 10,5 kali PE atau 2,3 standar deviasi di bawah rata-rata selama 10 tahun, sementara sektor perbankan berada dalam kisaran 2,0 kali PBV.

Melansir ReutersPada Senin (1/9/2025), para investor global memperkirakan kemungkinan sebesar 87% bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga sebesar 25 poin basis pada bulan September, berdasarkan CME FedWatch Tool.

Di sisi lain, ketidakpastian terkait tarif Trump masih belum berakhir. Perwakilan Perdagangan AS Jamieson Greer pada hari Minggu mengatakan pemerintahan Trump tetap melanjutkan diskusi dengan mitra dagangnya meskipun pengadilan banding AS memutuskan sebagian besar tarif tersebut ilegal.

"Saya tidak yakin keputusan ini akan memberikan pengaruh signifikan terhadap pasar. Meskipun tarif dianggap melanggar hukum, kemungkinan besar Trump akan mencari celah hukum lain agar bisa menerapkannya," tambah Kong.

Disclaimerberita ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembelian atau penjualan saham. Keputusan investasi sepenuhnya berada di tangan pembaca. kami tidak bertanggung jawab atas segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama

Comments