
BEKASI, Tiga Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi, mengalami dampak dari Proyek Strategis Nasional (PSN) Jalan Tol Jakarta-Cikampek II Selatan.
Ketiga sekolah tersebut yaitu SDN Burangkeng 03, SDN Burangkeng 04, dan SDN Ciledug 03. Kampus ketiga sekolah ini terletak dekat dengan proyek pembangunan jalan tol.
Akibatnya, beberapa bangunan sekolah mengalami kerusakan, dan aktivitas belajar siswa terganggu akibat suara bising dari mesin berat.
Sekarang, ketiga sekolah masih menantikan tindakan pemerintah untuk memindahkan ke lokasi yang aman.
Pelajar ketakutan
Kepala SDN Burangkeng 03, Ike Kurniasih, menyampaikan bahwa kegiatan belajar siswanya menjadi terganggu karena getaran dan suara keras dari mesin berat yang sedang mengerjakan proyek pembangunan tol.
"Beberapa kali terjadi getaran, anak-anak merasa cemas hingga mereka keluar kelas karena takut," ujar Ike dalam rapat dengar pendapat bersama Anggota Komisi VI Rieke Diah Pitaloka di SDN Burangkeng 03, Selasa (5/8/2025).
Posisi SDN Burangkeng 03 hanya sekitar 15 meter dari lokasi pembangunan ruas tol.
Situasi ini menimbulkan kekhawatiran bagi para orang tua siswa setiap kali kendaraan besar melintas menuju lokasi proyek.
Kondisi yang serupa juga dirasakan SDN Ciledug 03. Lingkungan sekolah ini bahkan berbatasan langsung dengan proyek jalan tol.
Namun, pengembangan konstruksi pada bagian jalan tol di lokasi ini terhenti sementara.
Hal ini terjadi karena pembangunan jalur terganggu oleh salah satu ruang kelas SDN Ciledug 03.
Ketua Sekolah SDN Ciledug 03, Muhammad Hanafi menyampaikan, proyek tersebut menimbulkan ketidaknyamanan bagi para siswa.
Ia berharap SDN Ciledug 03 secepatnya dipindahkan ke tempat lain agar siswa dapat kembali merasakan kenyamanan dalam proses belajar mengajar.
"Kini aktivitas belajar mengajar sudah tidak nyaman lagi, dan dua tahun lalu kita telah mengajukan pemindahan. Semoga ada penyelesaian yang lebih cepat," katanya.
Murid terkena ISPA
Belasan siswa SDN Burangkeng 04 mengalami Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) akibat debu dari proyek pembangunan jalan tol Jakarta-Cikampek Selatan (Japek Selatan).
"Ada puluhan orang yang mengalami ISPA akibat debu proyek dalam beberapa tahun terakhir," kata seorang wali murid, Ema (43) kepada , Jumat (25/7/2025).
Sejak proyek dimulai pada tahun 2022, suasana sekolah yang sebelumnya bersih dan hijau kini berubah menjadi kering dan tandus.
Keadaan tersebut diakibatkan oleh debu yang dibawa oleh kendaraan berat yang mengangkut material tanah dan melintasi area sekitar sekolah.
Lahan hijau di sekitar sekolah semakin berkurang karena area pepohonan juga dihancurkan untuk pembangunan dua tiang pancang jalan tol yang terletak di depan dan belakang gedung sekolah.
Dengan situasi ini, debu yang terbawa angin semakin bebas masuk ke lingkungan sekolah.
Sudah banyak siswa yang mengalami nasib serupa, termasuk dua anak Ema yang sedang duduk di kelas 3 dan 6 SDN Burangkeng 04.
"Anak sering mengalami batuk dan flu. Sistem imun mereka masih lemah, sehingga dampaknya terasa sangat jelas, terutama debu," katanya.
Terjepit Jalan Tol
Sementara SDN Burangkeng 04 mengalami dampak terbesar dari proyek tersebut. Sekolah ini "terjepit" oleh pembangunan jalan tol.
Di sisi samping, jarak sekolah sangat dekat dengan pengembangan jalan tol.
Di bagian depan dan belakang, sekolah tersebut "terkurung" oleh dua tiang penyangga jalan tol yang mengudara.
Selama berlangsungnya proyek sekolah ini, beberapa bangunan sekolah mengalami keretakan akibat getaran yang dihasilkan oleh alat berat proyek.
Tidak hanya itu, lingkungan sekolah saat ini dipenuhi debu yang berasal dari tanah proyek pembangunan.
Keadaan ini menyebabkan banyak siswa mengalami penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
Kepala Sekolah Dasar Negeri Burangkeng 04, Ace Komarudin berharap agar sekolahnya segera dipindahkan.
"Harapan terbaik segera diambil untuk pemindahan," tambah dia.
Indikasi dugaan korupsi
Di sisi lain, Rieke mengira terjadi penyalahgunaan dana relokasi pada ketiga sekolah tersebut.
Dugaan ini muncul dari tiga sekolah, yaitu SDN Burangkeng 03, SDN Burangkeng 04, dan SDN Ciledug 03, yang belum juga dipindahkan meskipun proyek telah berjalan selama dua tahun.
"Kalau seperti ini ada tanda-tanda kuat adanya korupsi dana relokasi. Saya tidak menuduh, tapi ada indikasi yang sangat kuat. Tidak masuk akal bagi saya," kata Rieke.
Rieke mengatakan, alokasi anggaran pelaksanaan pembangunan Jalan Tol Jakarta-Cikampek II Selatan telah "dihubungkan" dengan dana relokasi wilayah sekitar lokasi proyek.
Karena selama bertahun-tahun tidak ada kejelasan tentang nasib ketiga sekolah tersebut, ia mulai meragukan aliran dana yang dialokasikan untuk relokasi.
"Yang menjadi pertanyaan, di mana uangnya untuk relokasi? Proyek sudah berjalan sejak 2021, tetapi sekolah belum juga direlokasi," tegas Rieke.
Rieke juga meminta perhatian Presiden Prabowo Subianto untuk mengambil tindakan serius terhadap dugaan penyalahgunaan dana relokasi.
"Presiden Prabowo meminta adanya perhatian terhadap proyek strategis nasional yang anggarannya telah dialokasikan oleh negara, dengan bukti bahwa proyek tersebut sudah berjalan," kata dia.
"Di sana ada dana relokasi, dana perbaikan fasilitas untuk negara yang terkena dampak, mohon ungkap, selidiki secara menyeluruh, dan tangkap," tegas Rieke.
Selain itu, Rieke juga mengajukan permintaan kepada Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi dan Bupati Bekasi Ade Kuswara Kunang agar lebih memperhatikan kondisi ketiga sekolah tersebut.
"Sebelumnya saya telah berkomunikasi dengan Pak KDM untuk memberikan dukungan penuh, kita bekerja sama dengan Gubernur Jawa Barat, serta Bupati Bekasi," katanya.