Aria Bima Di Solo: Respons Bendera One Piece yang Ramai, Butuh Tindakan Namun Jangan Represif

Pengirim Berita, Ahmad Syarifudin

, SOLO -Wakil Ketua Komisi 2 DPR RI Aria Bima menganggap bahwa pengibaran bendera One Piece dalam perayaan HUT ke-80 Kemerdekaan RI jika dilakukan dengan terstruktur harus ditangani.

Namun, jika hal tersebut terjadi secara sporadis, menurutnya tidak perlu dilakukan tindakan represif.

“Yang telah mengibarkan jangan dianggap sebagai gerakan. Jika ekspresi pribadi masih kita anggap hal yang wajar. Namun, jika hal tersebut diorganisir dan dijadikan sebagai suatu gerakan yang membuat respons terhadap situasi di lapangan terlalu berlebihan, sehingga kita lupa mengucapkan rasa syukur atas 80 tahun kemerdekaan Indonesia ini harus ditangani. Tapi jangan semua tindakan bersifat represif,” katanya saat diwawancarai di Loji Gandrung, Selasa (5/8/2025).

Menurutnya, pengibaran bendera One Piece adalah sesuatu yang perlu diwaspadai.

Namun, ia menginginkan aparat tidak merespons secara berlebihan.

"Bendera One Piece, menurut saya, merupakan ekspresi yang bisa dianggap sebagai bentuk kesepahaman yang sedang tren. Namun, mungkin juga mengandung ekspresi rasa kecewa. Tapi saya melihat perlu merespons, tetapi jangan terlalu berlebihan. Ini bersifat sementara, tetapi harus diwaspadai," katanya.

Ia mengakui bahwa masyarakat Indonesia memaknai perayaan kemerdekaan dengan cara yang berbeda-beda.

Banyak orang yang merasa benar-benar bebas, sementara sebagian lainnya masih merasakan ketidakadilan tidak berada di pihak mereka.

"Bisa menjadi tren. Setiap tanggal 17 adalah waktu yang tepat untuk melihat kembali bangsa ini. Waktu yang tepat untuk melihat Indonesia saat ini dan ke depannya. Ada hal-hal yang terjadi pada ulang tahun ke-80, di mana ada yang merasa bahwa kemerdekaan sudah dirasakan secara baik oleh individu maupun kelompok. Ada yang menganggap situasi seperti ini sebagai sesuatu yang perlu disyukuri. Ada pula yang merasakan ketidakadilan hukum. Ada yang merasakan ketidakadilan ekonomi. Semua hal tersebut dianggap sebagai pengalaman rakyat Indonesia," katanya.

Menurutnya, sejumlah masyarakat di tingkat bawah masih menghadapi situasi yang penuh tantangan.

Mereka juga berhak menyampaikan rasa kecewanya.

"Maka jika ada ekspresi bendera yang tidak menciptakan rasa kebersamaan, sebaiknya direspons dengan positif. Ada yang hanya kecewa karena nelayan mengapa memasang bendera itu. Ya, karena solar kadang tidak tersedia. Ya, karena harganya mahal. Katanya merdeka tapi harganya mahal. Di tengah sawah pupuknya langka. Tanpa mereka berniat untuk menentang kebijakan pemerintah, menurut saya kita jangan terlalu berlebihan dalam menanggapinya," katanya.

Ia hanya menginginkan tindakan represif aparat tidak menyebabkan citra buruk di kalangan masyarakat.

Mereka hanya menyampaikan rasa kecewa terhadap hak-hak yang belum terpenuhi.

"Saat kita memperingati 80 tahun, yang terpapar adalah hal-hal yang sebelumnya mengenai kekecewaan yang tidak bermaksud jahat terhadap republik ini. Hanya menyampaikan ekspresi, mohon diperhatikan. Mohon, dalam 80 tahun ini lebih diperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan kesejahteraan," ujarnya.

Perayaan Bendera One Piece Menjelang Ulang Tahun ke-80 RI

Saat menyambut perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia, dunia online dihebohkan dengan munculnya fenomena yang tidak biasa: berkibarnya bendera bajak laut dari serial anime One Piece di beberapa daerah di Indonesia.

Kejadian ini mendapat berbagai respons dari netizen hingga ahli hukum tata negara.

Peristiwa ini pertama kali muncul di publik pada akhir Juli 2025, ketika foto dan video yang menunjukkan bendera berpola tengkorak berjanggut dengan topi jerami—mirip dengan Jolly Roger dari kelompok Topi Jerami dalam serial One Piece—berada di beberapa lokasi permukiman warga menjadi viral di media sosial.

Sebagian besar bendera tersebut dipasang pada tiang-tiang yang biasanya digunakan untuk mengibarkan bendera Merah Putih dalam menyambut perayaan kemerdekaan RI.

Banyak penduduk, khususnya kalangan pemuda, memandang peristiwa ini sebagai wujud kreativitas dan ekspresi budaya yang populer.

Namun, sebagian pihak menganggap tindakan tersebut tidak sesuai, terlebih jika dilakukan dalam situasi peringatan hari kemerdekaan negara.

Di sisi lain, netizen terbagi antara yang mendukung kebebasan berekspresi dan yang menekankan pentingnya menjaga martabat simbol negara.

Peristiwa bendera One Piece menjelang Hari Ulang Tahun Republik Indonesia menjadi gambaran betapa besar pengaruh budaya pop Jepang di Tanah Air.

Namun, para ahli dan pihak pemerintah menekankan perlunya membedakan antara ekspresi hiburan dengan penghormatan terhadap simbol-simbol negara yang memiliki makna sejarah dan semangat nasional yang kuat.

Mengenal One Piece

One Piece merupakan karya manga dan anime terkenal dari Jepang yang dibuat oleh Eiichiro Oda.

Seri ini pertama kali dirilis pada tahun 1997 dalam majalah mingguan Weekly Shōnen Jump, kemudian diadaptasi menjadi anime oleh Toei Animation sejak tahun 1999.

Sampai saat ini, One Piece terus berlangsung dan menjadi salah satu karya yang paling sukses dalam sejarah manga dan anime.

One Piece mengisahkan petualangan Monkey D. Luffy, seorang pemuda yang mengejar impian menjadi Raja Bajak Laut.

Luffy memiliki kemampuan tubuh yang lentur seperti karet setelah memakan Buah Iblis bernama Gomu Gomu no Mi.

Ia memulai perjalanan menyeberangi samudra Grand Line guna mencari harta karun legendaris yang dikenal dengan nama One Piece, yang konon ditinggalkan oleh Raja Bajak Laut sebelumnya, Gol D. Roger.

Selama perjalanannya, Luffy membentuk kelompok bajak laut yang dikenal sebagai Topi Jerami (Straw Hat Pirates) dan mengajak anggota-anggota dengan latar belakang serta keahlian khusus, seperti Zoro (ahli pedang), Nami (pemimpin pelayaran), Sanji (koki), Usopp (penembak jitu), Chopper (dokter), Robin (ahli sejarah), Franky (tukang kapal), Brook (musisi), dan Jinbei (ahli karate ikan).

(*)

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم