Ketika Pengangguran Meningkat, Alarm Serius di Tengah Bonus Demografi Indonesia

Baru-baru ini, informasi dari Badan Pusat Statistik (BPS) membuat kita perlu mulai waspada, bukan hanya karena cuaca yang semakin ekstrem, tetapi juga karena angka pengangguran di Indonesia meningkat.

Ya, pada Februari 2025, tercatat sebanyak 7,28 juta warga Indonesia yang menganggur. Angka ini meningkat sekitar 83.450 orang atau 1,11% dibandingkan dengan Februari 2024.

Yang mengecewakan, sebagian besar angka tersebut berasal dari kelompok usia di bawah 24 tahun.

Pemuda, yang seharusnya menjadi penggerak perekonomian negara, justru merupakan kelompok yang paling banyak belum memiliki pekerjaan.

Bukan sekadar angka, melainkan gambaran dari tantangan besar yang tengah dihadapi negara ini.

Kenapa Bisa Begini?

Banyak hal yang memicu tingginya angka pengangguran. Mari kita bahas satu per satu dengan santai namun tetap serius:

1. Pendidikan Masih Tidak Sesuai dengan Kebutuhan

Banyak lulusan dari sekolah maupun perguruan tinggi yang ternyata tidak sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.

Akhirnya, mereka mengalami kesulitan menemukan pekerjaan karena keterampilan yang dimiliki tidak sesuai dengan kebutuhan pasar.

Contohnya, banyak lulusan jurusan yang memiliki pasar kerja yang terbatas, atau tidak diajarkan keterampilan nyata yang diperlukan dalam dunia kerja digital dan era saat ini.

2. Pertumbuhan Lapangan Pekerjaan yang Perlahan

Meskipun pertumbuhan ekonomi terjadi, perkembangan lapangan kerja tidak secepat peningkatan jumlah tenaga kerja.

Banyak perusahaan masih menunggu dan melihat situasi, terlebih menghadapi tekanan global, persaingan dagang, hingga ketidakpastian ekonomi dunia.

3. Dominasi Pekerjaan Informal

Banyak pemuda yang akhirnya bekerja paruh waktu atau di sektor tidak formal.

Meskipun lebih baik daripada tidak bekerja sama sekali, mereka tetap belum termasuk dalam kategori tenaga kerja formal yang memiliki perlindungan dan kestabilan pendapatan.

4. Transformasi Digital 

Teknologi memang membuka banyak kesempatan, namun sekaligus menggantikan berbagai pekerjaan tradisional.

Orang yang tidak mampu beradaptasi dengan teknologi, secara tidak langsung akan ketinggalan. Hal ini terjadi di berbagai bidang.

Generasi Muda Paling Rentan

Jika dilihat lebih jauh, pemuda di bawah usia 24 tahun yang paling banyak menganggur sebenarnya merupakan generasi yang memiliki semangat luar biasa, ide-ide kreatif yang berlimpah, serta kemampuan teknologi yang sangat baik.

Tetapi mengapa mereka masih kesulitan memperoleh pekerjaan?

Salah satu alasan adalah karena banyak perusahaan yang masih menetapkan syarat pengalaman kerja, bahkan untuk posisi awal. Belum memiliki pengalaman kerja, tetapi ditanya mengenai pengalaman.

Gimana bisa?

Selain itu, ketidakmerataan akses informasi pekerjaan menjadi hambatan. Banyak pemuda di daerah yang tidak tahu harus memulai dari mana untuk memasuki dunia kerja.

Apa Dampaknya?

Peningkatan angka pengangguran ini tentu tidak boleh dianggap remeh. Hal ini dapat memengaruhi berbagai aspek kehidupan:

1. Kesejahteraan turun: 

Tanpa pendapatan tetap, tentu kemampuan beli masyarakat berkurang.

2. Produktivitas nasional menurun: 

Bonus demografis yang seharusnya menjadi peluang, justru dapat menjadi beban apabila tenaga kerja yang produktif justru banyak menganggur.

3. Meningkatnya risiko isu sosial:

Peningkatan angka pengangguran dapat menyebabkan peningkatan tingkat kriminalitas, gangguan kesehatan jiwa, hingga terjadinya paham radikal.

Lalu, Solusinya Apa?

Pemerintah, dunia pendidikan, pelaku industri, serta generasi muda harus berkumpul bersama guna menemukan solusi nyata.

Bukan tentang saling menyalahkan, melainkan mengenai kerja sama.

1. Revitalisasi Kurikulum Pendidikan 

Pendidikan perlu disesuaikan dengan perkembangan jaman. Pendidikan vokasional, pelatihan kerja yang berbasis digital, serta kurikulum kewirausahaan harus diperkuat.

2. Mendorong Kewirausahaan 

Pemuda perlu didorong agar tidak hanya menjadi pencari pekerjaan, tetapi juga pengusaha yang mampu menciptakan lapangan kerja. Program inkubasi bisnis, akses modal usaha kecil menengah, serta pembinaan harus diperluas.

3. Digitalisasi Informasi Lowongan 

Platform informasi pekerjaan yang mudah diakses, khususnya bagi wilayah-wilayah terpencil, perlu ditingkatkan. Banyak pemuda berbakat yang belum terhubung dengan data lowongan kerja yang sesuai.

4. Magang dan Pelatihan 

Perusahaan juga sebaiknya menyediakan lebih banyak program magang dan pelatihan untuk lulusan baru, sebagai jembatan untuk memasuki dunia kerja.

5. Kolaborasi Lintas Sektor 

Pemerintah tidak mampu bekerja sendirian. Diperlukan partisipasi aktif dari sektor swasta, komunitas, bahkan universitas untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan nyata di lapangan.

Angka 7,28 juta pengangguran bukan sekadar angka yang tercantum di kertas.

Itu merupakan kisah dari jutaan individu yang sedang berjuang membangun masa depan. Kita tidak boleh mengabaikan realitas ini.

Kalangan pemuda merupakan aset berharga bagi negara ini.

Jika kita tidak memaksimalkan potensi mereka, maka kita akan kehilangan kesempatan emas dalam sejarah pembangunan bangsa.

Maka mari kita ubah tantangan ini menjadi kesempatan untuk bergerak maju, berinovasi, serta merevisi sistem ketenagakerjaan yang lebih inklusif, fleksibel, dan adil.

Indonesia mampu, selama kita bersedia bekerja sama.

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم